oleh Syamsul Maarif, SS
Hembusan angin pagi merasuki pori, mengusik mimpi, membangunkan aku. Sinar terang mulai merayap, warna bitu putih langit, hijau dedaunan terlihat subur, dibalut kemilau embun dilengkapi dengan cahaya lembayung yang merona menambah kenyamanan dan keindahan alam. oh Pencipta taman surga duniawi! senyum pagi ini menebar, disambut kicau burung-burung riang hendak mencari makan.
Kali ini, Aku menyimak di taman Al-Ikhlash, yang dipenuhi tunas-tunas bangsa yang sedang berjuang melawan kebodohan. renunganku membuahkan tanya, sudahkah tunas itu kau sirami tanaman tunas bangsa itu? kau jawab "sudah!" maka aku pun berkata "Alhamdulillah, mudah-mudahan mereka menang melawan kebodohan sehingga bangsa ini tidak ada lagi yang bisa membodohi".
berikut tanyaku kembali hadir; dengan air apa kau sirami?
"dengan air menyehatkan, aku berharap air ini akan menyempurnakan mereka, sebab semalam aku membaca sebuah buku kesehatan tentang "Empat Sehat Lima Sempurna", maka aku sirami mereka dengan susu". terperanjat aku dan serta merta berkata "Innalillah! kapan kau sirami?"
"baru saja, ada apa? bukankah akan tambah menyehatkan tanaman jika aku siram dengan susu.
sebagaimana kita akan lebih sempurna kalau kita minum susu".
oh...begitu ya mudah-mudahan sama antara manusia dengan tanaman. kalau demikian tolong ambilkan seember susu untukku.
segera tukang kebun itu pergi mengambil susu, beberapa menit kemudian ia memberikannya kepadaku. maka aku siramkan susu itu ke kepalanya.
Ia pun terkejut dan gelagapan. Saat mau bicara aku potong segera dengan berkata: "tuh Empat Sehat Lima Sempurna, mudah-mudahan kau akan tambah sehat".
anekdot ini dibuat sewaktu penulis masih mengajar Kabupaten Bungo Propinsi Jambi kepualauan Sumatera
